Sumber : SINAR HARAPAN, Rabu 21 April 2010
OLEH: WURYANTI PUSPITASARI
Jakarta,Hari Kartini, yang selalu diperingati oleh segenap bangsa sebagai simbol kebangkitan perempuan di Tanah Air bisa dijadikan momentum bagi para srikandi Indonesia untuk berperang melawan HIV.
Pasalnya, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional menyatakan bahwa jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia terus meningkat secara signifikan setiap tahunnya.
"Peningkatan infeksi baru HIV yang signifikan ada di kalangan ibu rumah tangga," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Nafsiah Mboi.
Nafsiah menjelaskan, berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS Nasional pada tahun 2002-2009, jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV terus meningkat.
"Jumlah pekerja seks komersial yang terinfeksi HIV terus menurun grafiknya, namun ibu rumah tangga malah terus meningkat," katanya.
Hal tersebut disebabkan oleh penularan HIV dari suami atau pasangan intim yang memiliki perilaku berisiko.
"Yang mengkhawatirkan adalah peningkatan jumlah kasus penularan dari ibu ke anak," katanya.
Karena itu, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional mengharap permasalahan HIV dapat segera ditangani dengan baik.
"Bila tidak ditangani epidemi HIV akan merambat masuk ke keluarga dan masyarakat umum," katanya.
Untuk itu, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional terus melakukan intervensi khusus, program kondom perempuan untuk melindungi dari kegiatan seks berisiko.
"Pengguna kondom perempuan adalah mereka yang khawatir terkena infeksi menular sosial atau kegiatan seks berisiko," katanya.
Selain ibu rumah tangga, pada saat ini juga banyak perempuan yang menikah atau berada dalam hubungan jangka panjang memiliki tingkat risiko terinfeksi HIV disebabkan oleh perilaku berisiko pasangan mereka atau tertular dari pasangan intim.
Semakin banyak perempuan terinfeksi HIV dan sebagian besar dari mereka tidak memiliki perilaku berisiko," kata Nafsiah.
Laporan terbaru mengenai penularan HIV pada hubungan pasangan intim di Asia menekankan pada peningkatan jumlah perempuan yang terinfeksi HIV melalui suami atau pasangan intim mereka.
Diperkirakan sekitar lebih dari 90 persen dari 1,7 juta perempuan hidup dengan HIV di Asia terinfeksi dari suami atau pasangan mereka pada hubungan jangka panjang.
Pada tahun 2008, 35 persen dari seluruh orang dewasa terinfeksi HIV di Asia adalah perempuan, naik 17 persen dari tahun 1990.
Bahkan laporan regional mengenai "Penularan HIV pada hubungan pasangan intim di Asia" mengkaji isu perempuan yang menikah atau berada dalam hubungan jangka panjang memiliki tingkat risiko terinfeksi HIV disebabkan oleh perilaku Berisiko pasangan mereka.
Bukti dari hampir semua negara di Asia menunjukkan bahwa perempuan yang tertular HIV bukan dari perilaku mereka sendiri, akan tetapi karena perilaku seksual tidak aman yang dilakukan pasangan karena pasangan mereka adalah laki-laki yang berhubungan dengan laki-laki lain, pengguna narkoba suntik atau klien pekerja seks komersial.
Nafsiah mengatakan bahwa epidemi HIV di Indonesia pada saat ini telah mengarah pada penularan mengenai aktivitas sosial dan semakin banyak perempuan terinfeksi HIV.
"Kita baru saja meluncurkan rencana aksi nasional penanggulangan HIV dan AIDS Indonesia tahun 2010-2014 yang menekankan pada kebutuhan untuk memperkuat strategi penanggulangan, termasuk penularan melalui aktivitas seksual untuk menghindari epidemi HIV yang semakin luas di Indonesia," katanya.
Perkuat program
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar mengatakan bahwa pihaknya perlu memperkuat program-program hak azasi reproduksi perempuan dan untuk meningkatkan kekuatan menawar wanita dalam menolak hubungan seksual berisiko tinggi.
Menurut Menteri, pada beberapa kunjungan kerjanya ke beberapa wilayah ,banyak dijumpai kasus perempuan yang tidak punya perilaku berisiko, namun terifveksi HIV karena tertular oleh suaminya.
"Banyak perempuan yang tidak punya perilaku berisiko malah tertular AIDS dan kini mereka menjadi bingung," katanya.
Hal itu, menurut Menteri ,merupakan sinyalemen bahwa perempuan Indonesia bisa menjadi korban atas perilaku berisiko suami atau pasangannya.
Untuk itu, pemerintah akan meningkatkan upaya sosialisasi dan pendidikan HIV kepada perempuan Indonesia khususnya mereka yang berada di wilayah terpencil.
"Kemudian kita juga akan anjurkan pentingnya menggunakan alat kontrasepsi atau kondom," katanya.
Selain itu, menurut Menteri, seluruh lapisan masyarakat juga harus berperan aktif dalam menyebarkan informasi mengenai HIV dan penularannya.
Menteri juga memberikan apresiasi kepada sejumlah LSM dan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional yang dinilainya telah banyak memberikan kontribusi serta rencana aksi yang jelas terkait HIV.
Menteri juga mengharapkan bahwa peringatan hari Kartini dapat dijadikan momentum oleh kaum perempuan di Indonesia untuk berani memposisikan dirinya.
"Perempuan harus berani memposisikan dirinya, khususnya bisa menolak hubungan seks yang berisiko HIV, salah satunya dengan berkomunikasi dengan baik dengan pasangannya dan menggunakan alat kontrasepsi " katanya.
Menteri juga menambahkan, banyaknya perempuan yang tertular AIDS bukan dari perilaku berisiko melainkan dari pasangannya terjadi bukan hanya kurangnya keberanian untuk menyampaikan pendapat di depan pasangan melainkan akibat ketidakpahaman akan HIV.
"Karena itu pendidikan soal HIV penting diberikan kepada kaum perempuan," katanya. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar