Oleh : Benjamin Tukan
PATER Dr. Nikolaus Hayon,SVD adalah seorang imam pertama asal pulau Solor di Keuskupan Larantuka. Kata ‘imam pertama’ menjadi penting artinya manakala dalam kurun waktu 40 tahun imamatnya, di pulau Solor telah bermunculan sekian banyak imam.
Pater Niko Hayon, demikian orang menyapanya, dilahirkan di Ritaebang-Solor Barat, 14 Nopember 1936 dan dibaptis pada pesta St. Nikolaus,6 Desember 1936. Memang, tidak banyak cerita luar biasa yang dapat dikisahkan untuk menggambarkan Pater Niko Hayon semasa kecil, kecuali sebagai anak desa, menghabiskan waktunya dengan bermain ombak di tepi pantai ataupun menemani ayah pergi ke kebun dan ke hutan.
Letak desa Ritaebang berada di pinggir pantai bagian barat pulau Solor, berhadapan dengan puncak gunung Lewotobi di pulau Flores. Maka dapat diduga, dunia khayalan ketika masa kecil dari Pater Niko bukan dunia seberang melainkan suatu dunia yang jauh, entah dimana; suatu cakrawala tanpa batas.
Ketika berada di kelas III Sekolah Rakyat di Ritaebang, datang ajakan untuk melanjutkan pendidikan kelas IV hingga kelas VI di Larantuka. Ini tentu mengejutkan,lantaran dunia seberang adalah dunia baru yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Karena itu, tidak heran kalau Pater Niko didalam buku ini, memaknai hidupnya di Larantuka sebagai awal perkenalan dengan orang lain dari berbagai latar belakang. Penyesuaian diri secara sosial pada masa itu tentu mendapat ujian berat.
Dari Larantuka, Pater Niko lalu masuk Seminari San Dominggo Hokeng dan Seminari Yohanes Berkhmans Mataloko. Selanjutnya, bergabung dengan Serikat Sabda Allah dan ditabiskan menjadi imam pada 17 April 1966.
Setelah menjadi imam, Pater Niko melanjutkan studi dalam bidang Liturgi di Institut Kepausan San Anselmo, Roma; sebuah lembaga pendidikan yang dikelola oleh ordo Benediktin (OSB). Sebagai bagian akhir dari kuliah doktoral, beliau merampungkan tesis : “A Liturgy for the Florenese People”.
Kembali dari Roma, Pater Niko, menerima penugasan untuk berkarya di lembaga pendidikan imam, Seminari Tinggi Ledalero. Pada 10 Januari 1971, beliau memberikan kuliah pertama sebagai dosen Liturgi. Selanjutnya, sebagai pengajar Liturgi, pada 1979-1980, beliau mendapatkan kesempatan untuk mengikuti penyegaran / refresing Liturgi di Institut Liturgi, Trier, Jerman. Di Jerman pada kesempatan ini secara khusus beliau mempelajari simbol-simbol liturgi dan berhasil menerbitkan buku : “Ekaristi, Perayaan Keselamatan dalam Bentuk Tanda”.
Sepuluh tahun kemudian, 1990-1991, dalam rangka penyegaran, beliau kembali ke Institut Liturgi Trier Jerman, dan secara khusus mendalami Perayaan Ekaristi. Hasil studi ini diberi judul “ Memahami Tata Perayaan Ekaristi”.
Perhatian pada bidang liturgi, menempatkan beliau sebagai seorang yang memahami liturgi. Pada 1995-2002, beliau mendapatkan tugas sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Liturgi KWI. Selain menjalankan tugas utama di KWI, beliau meluangkan waktu memberikan pelayanan pastoral di paroki- paroki di Jakarta, memberikan penataran Liturgi dan menjadi pengajar matakuliah Liturgi di Sekolah Tinggi Teologia Jakarta, STF Driyarkara dan Fakultas Teologi Universitas Atmajaya-Jakarta
Pater Niko memiliki sifat kebapaan dan mewarisi jiwa seorang pemimpin. Sejak 1971, secara bergantian beliau dipercayakan menjadi perfek, rektor dan pembimbing para calon imam di lembaga pendidikan calon Imam Ledalero. Tahun 1983-1990 beliau dipercayakan sebagai Ketua STFK Ledalero dan mendampingi sekolah Tinggi Filsafat ini dari status Terdaftar, ke status Diakui sampai kepada status Disamakan. Dalam waktu yang sama, 1984-1990 beliau juga menjadi Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero. Tahun 2002 setelah kembali dari Jakarta, beliau dipercayakan sebagai provinsial SVD Ende.
Dalam refleksinya yang tertuang dalam buku ini,Pater Niko sepertinya mengabaikan begitu saja jabatan yang disebutkan di atas. Beliau mefokuskan diri lebih sebagai seorang imam Serikat Sabda Allah. Karena itu, rupanya tidak berlebihan jika Pater Niko, dalam seluruh refleksinya memaknai hidupnya sebagai ada bagi orang lain... “Aku menguduskan diriku bagi mereka” (Yoh. 17:18).
***
KALAU masa kecil dan masa remaja dapat dijadikan acuan dalam membentuk karakter sesorang, maka apa yang diceritakan Pater Niko dalam buku ini ketika ia menjalani masa-masa itu, dapat pula menjadi patokan karyanya lebih lanjut. Pertama, Pater Niko sangat senang merefleksikan sebuah perjumpaan. Hal mana menunjukkan bahwa pribadinya adalah seorang yang sangat terbuka dan bisa menerima perbedaan. Refleksinya ketika berkenalan dengan berbagai orang selama melanjutkan Sekolah Rakyat di Larantuka adalah contoh kecil tentang “ ada bagi orang lain” dalam diri Pater Niko Hayon.
Kedua, menarik disimak apa yang menjadi refleksinya ketika untuk pertama kalinya menyeberangi selat Solor menuju Larantuka untuk selanjutnya mengikuti panggilan hidupnya. Dengan gamblang beliau menceritakan bahwa ketika menyeberangi arus selat, para pengguna sampan, selalu menunggu dan mengantisipasi datangnya arus selat yang membahayakan kehidupan.
Ternyata, gambaran ini dalam tafsiran yang bebas mewarnai sosok dirinya sebagai orang yang bukan sosok yang menantang arus melainkan orang yang selalu mempertimbangkan arah arus sebagai gambaran kekokohan prinsipnya. Seluruh kehidupan intelektualnya dan kepemimpinan yang menyertainya bisa ditafsirkan dari sini bahwa beliau adalah seorang revisionis dan bukan seorang revolusioner. Dalam konteks perubahan, sudah barang tentu beliau selalu meletakan dalam bingkai gradual, sistematis, terencana dan terukur. Namun demikian, dibalik sosok yang santai dan sederhana itu, sebenarnya beliau termasuk orang yang selalu membuat kalkulasi rumit sebelum mendorong perubahan.
Ketiga, ketika beliau bercerita bahwa doa dan menghadiri Ekaristi di Kapela Susteran SSps Balela Larantuka selama menjadi murid Sekolah Rakyat, beliau selalu melaksanakannya setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan di rumah seperti menyiram bunga, membersihkan halaman dan lain sebagainya. Hal semacam ini mudah ditebak bahwa dirinya selalu mencintai sebuah aturan yang disepakati. Pepatah Latin : Serva ordinem et ordo servabit te, Layani peraturan dan peraturanpun akan melayani mu, selalu menjadi pegangan hidupnya. Demikianpun dengan pengalaman doa selalu dilakoninya sejak masih remaja.
Dari seluruh gambaran perjalanannya dapat dirangkumkan dengan pernyataanya sendiri, “Setiap orang akan merasa gembira dan bahagia, kalau ia memulai sesuatu dengan baik. Ia akan merasa lebih gembira dan bahagia lagi, kalau ia tetap pada jalan yang baik. Tetapi ia akan merasa paling gembira dan paling bahagia, kalau ia terus berjalan sampai pada tujuan, di tengah kehancuran dan kelesuan.”
***
Selamat merayakan Pancawindu, semoga benih panggilan kian berbuah banyak.
Jakarta, Juni 2006
(Tulisan ini dibuat untuk kenangan Pancawindu Pater Niko Hayon)
BIODATA DAN KARYA
P. Dr. Nikolaus Hayon, SVD.
Lahir :Ritaebang-Solor 14 Nopember 1936
Meninggal : Jakarta, 27 April 2007
Pater Dr. Nikolaus Hayon, SVD Lahir di Ritaebang, Solor, Flores Timur, 14 Nopember 1936, dan dibaptis di desa yang sama pada pesta St. Nikolaus, 6 Desember 1936. Pada 15 Agustus 1960 berikrar Kaul Pertama dan 15 Agustus 1965 mengikrarkan Kaul Kekal di kapela Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero. 17 April 1966 (Minggu Putih) ditahbiskan menjadi imam di Katedral Reinha Rosari Larantuka.
Pendidikan
1. Pendidikan Dasar
1944-1948 : Sekolah Dasar/Sekolah Rakyat di Ritaebang.
1948-1951 : Kelas IV-VI di Larantuka
2. Pendidikan Menengah
1951-1954 : SMP Seminari Hokeng Kelas I-III
1954-1956 : Kelas IV-V SMA Seminari Hokeng
1956-1958 : Kelas VI-VII SMA Seminari Mataloko
3. Pendidikan Tinggi
1958- 1960 : Tahun Rohani (Novisiat SVD) di Ledalero
1960-1962 : Studi Filsafat di Ledalero
1962-1966 : Studi Teologi di Ledalero
4. Pendidikan (Studi) lanjut dan Refreshing
1966-1970 : Studi Teologi dan Liturgi di Institut Kepausan San
Anselmo-Roma.
1966-1968 mengikuti kuliah Liturgi, dengan pemikiran, bahwa sesudah itu bisa mulai mengerjakan tesis doktoral, tapi tidak diperkenankan karena tidak memiliki ijazah “Lisensiat Tenologi”.
1968-1969 mengikuti kuliah Teologi di Fakultas Teologi San Anselmo dan berhasil selama setahun mendapat “Lisensiat” Teologi.
1969-1970 mengerjakan tesis doktoral dan berhasil memper¬tahan¬kannya. Judul Thesis : A Liturgy for the Florenese People. Dalam tegang waktu 4 tahun sudah merampungkan studi Liturgi sampai tingkat doktor.
1979-1980 : Mengikuti penyegaran/refresing Liturgi di Institut Liturgi, Trier, Jerman. Di institut Liturgi Trier, secara khusus mempelajari simbol simbol dan berhasil menerbitkan buku : Ekaristi, Perayaan keselamatan dalam bentuk Tanda, Ende, 1986
1990-1991 : Mengikuti penyegaran II di Institut Liturgi Trier Jerman. Dalam penyegaran yang kedua ini secara khusus mendalami Perayaan Ekaristi. Hasil studi ini diberi judul “ Memahami Tata Perayaan Ekaristi. Bahan studi ini, diperkenalkan kepada umat dalam tulisan bersambung dalam Tabloid Rohani Populer : SABDA, edisi tahun 2000 dengan judul: Memahami Tata Perayaan Ekaristi.
Masa Kerja
Sesudah merampungkan studi Liturgi di Roma, menerima penugasan untuk berkarya di lembaga pendidikan imam, Seminari Tinggi Ledalero.
10 Januari 1971 :Memberikan kuliah pertama sebagai dosen liturgi
1971-1974 : Prefek atau pembimbing dan pembina frater-frater Tingkat Filsafat
1974-1978 : Prefek atau pembimbing dan pembina frater-frater Tingkat Teologi
1981-1983 : Pembantu Prefek
1983-1990 : Ketua STFK Ledalero dan mendampingi sekolah Tinggi Filsafat ini
dari status Terdaftar, ke status Diakui sampai status Disamakan.
1983-1990 : Anggota Komisi Seminari Tinggi KWI
1984-1990 : Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero
1990-1994 : Magister untuk frater-frater novis SVD di Ledalero
1995-2002 : Sekretaris Eksekutif Komisi Liturgi KWI.
Selama menjalankankan tugas utama di KWI, meluangkan waktu
memberikan pelayanan pastoral di paroki-paroki, memberikan
penataran liturgi, selain memberi matakuliah Liturgi di Sekolah
Tinggi Teologia Jakarta dan Fakultas Teologi Universitas
Atmajaya-Jakarta.
2002 - 2008 : Menjadi Provinsial SVD Ende (Selama dua periode)
Karya Tulis
Buku :
1. A Liturgy for the Florenes People (1970)
2. Ekaristi, Perayaan Keselamatan dalam Bentuk Tanda (Ende, 1985)
3. Cinta yang Mengabdi (Ende, 1988)
4. Tema-tema Paulus (Editor, Ende, 1988)
5. Refleksi Tentang Konstitusi Serikat Sabda Allah (Ende, 1994)
6. Sari Firman, (Ende, 2003)
Diktat-Diktat Kuliah :
1. Liturgi Dasar (1990)
2. Liturgi Inkulturasi (1998)
3. Liturgi Pastoral (1988)
4. Liturgi Sakramen (1988)
5. Kapita Salekta (1990)
Artikel -Artikel :
1. The Liturgical Community in Flores, Verbum SVD, 1972
2. Upacara Perkawinan dari Roma, Spektrum, 1974
3. Upacara Pemakaman dari Roma, Spektrum, 1974
4. Pengintegrasiaan Liturgi dengan Kepribadian Bangsa, Pastoralia, 1974
5. Kearah Pembentukan Liturgi Pribumi, Pastoralia, 1975
6. Kitab Suci Dalam Ibadat dan Pemberian Sakramen, Pastoralia, 1975
7. Liturgi dan Pembebasan, Ekawarta, 1995
8. Liturgi Adalah Kehidupan dan Kehidupan Adalah Liturgi, Ekawarta, 1995
9. Liturgi dan Budaya Moderen, Fajar Liturgi, 1995
10.Perempuan Dalam Liturgi, Fajar Liturgi, 1995
11.Memahami Simbol Dalam Liturgi, Fajar Liturgi, 1995
12.Usia Senja Yang Penuh Berkah, Fajar Liturgi, 1995
13.Rekonsiliasi dan Tataruang, Fajar Liturgi, 1997
14.Pedoman Devosi Umat, Fajar Litugi , 1998
15.Wewenang Mengatur Liturgi, Fajar Liturgi, 1999
16.Tata Gerak Dalam Ibadat, Fajar Liturgi, 1999
17. Sekilas Pemahaman tentang Bilangan, Fajar Liturgi, 2000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar